Langsung ke konten utama

Patah - Sebenarnya, Untuk Apa Aku Menangis? - Episode 3

 


Sejak patah hati, rupanya tubuhku terasa lebih lelah. Mungkin, ini dampak dari berpura-pura bahagia di depan banyak orang. Berakting bahwa semuanya baik-baik saja. 


Kumatikan lampu kamar, lalu berbaring di atas ranjang. Mataku menatap ke atas, ke langit-langit kamar. Keadaan seperti ini sangat cocok untuk menikmati sebuah kemalangan. Air mataku meleleh tanpa sadar bersama hadirnya segala hal tentang dia. Tak ubahnya seperti film dokumenter yang diputar tepat di depanmu. Bedanya, film yang sedang kutonton ini sedang mencabik-cabik hati dan pikiran. Kepalaku sakit sekali rasanya. Seperti dihantam  benda berukuran besar. 


Tuhan, aku mengalami kebingungan yang cukup hebat. Aku tidak tahu untuk apa air mata ini mengalir. Apakah ini sebuah penyesalan karena tidak pernah mencoba mengungkapkan perasaanku atau karena merindukan kenangan bersamanya semata? 


Aku tersedu-sedu. 


Atau, apakah aku sedang menangisi kebodohanku sebab masih saja memupuk tentangnya meski perpisahan itu sudah terjadi dua tahun silam? 


Aku tidak tahu. 


Malam itu, untuk kesekian kalinya bantal dan selimut menjadi teman terbaikku menumpahkan kesedihan. Rela kubasahi tanpa kata "tapi".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Why

Punya "why" dalam hidup itu penting, gw rasa. Sebab ketika lu sudah tahu jawaban dari why yang lu punya, itu berarti lu sudah tahu tujuan lu. Oh, ya, "why" atau "big why" ini adalah oleh-oleh dari sebuah live instagram yang gw lakukan saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2023 lalu. Dalam live itu, gw bersama dua narasumber ngobrolin seputar sampah yang kian hari makin mengerikan. Kalau gw simpulkan, kita perlu tahu big why kita ketika hendak melakukan sesuatu.  Meski konteks ini sedang membicarakan sampah, tapi gw rasa bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Ini menjadi hentakan spesial buat gw. Selama ini gw kerap memulai melakukan sesuatu, tapi kandas di tengah jalan. Entah gw belum menemukan alasan yang jelas terkait dengan tujuan dari apa yang gw lakuin atau memang mental dan motivasi gw masih lembek, alias masih ogah-ogahan. Omong kosong belakang. Contoh sederhananya, gw kerap ditanya ketika ngobrol random deng...

Kebahagiaan Bertumpu pada Sate Ayam Madura

Perbedaan adalah keniscayaan. Setiap orang punya definisi tentang sesuatu yang berbeda. Contohnya, bagi si A sukses itu bisa bangun di pagi hari tanpa mematikan alarm lagi. Menurut si B, sukses itu ketika dia bisa punya gaji dua digit. Definisi sukses menurut si A dan si B itu tidak salah. Dua-duanya valid menurut pendapat masing-masing. Pada suatu hari, aku bersama lima temanku terlibat dalam sebuah percakapan dengan seorang laki-laki dari generasi boomers. Laki-laki itu mulanya bertanya satu per satu tentang pekerjaan kami. Oh ya, kebetulan aku dan empat temanku (kecuali satunya), belum menikah, kebetulan juga kami masih single. Laki-laki tua itu seolah mengasihani kami. Pertama karena gaji kami belum mentereng (padahal salah satu dari kami itu ada yang sudah punya usaha sendiri dan mampu beli mobil). Kedua, tentu saja karena kami masih single. Status single seolah-olah adalah sebuah petaka bagi si generasi boomers itu. Dan aku rasa, banyak juga generasi boomers berpikir hal yang sam...

IT WAS A WILD ADVENTURE TO BE A PRINCESS by Fitri Nurul Aulia (041114039)

Maybe you have been dreaming about to be one of the princesses in fairy tales who married to the princes. They are cool when they ride the horses. And, it was Friday, 4th of November 2016. The sun is cooperated with our plan, my friends’ and mine. Sunny day. We were going to make our dreams come true—even though it’s just our imagination—visiting horses’ stable in order to get some knowledge about horse and to ride it just like the princess. We promised to meet up in our campus at 8 A.M so as soon as we could leave to the stable. Promise was just a promise which was so hard to be done. The two of us were late. Does the princess late in fairy tale? We kept waiting for them on the bridge that really close to our campus. While waiting, we stared at the cars and motorcycles that passed by, hoping that our friends who were still on the way would coming soon. As we had known an information from the horse’s keeper that the horse would be stabled at about 11:30 A.M, our hearts went fast...