Langsung ke konten utama

Big Why


Punya "why" dalam hidup itu penting, gw rasa. Sebab ketika lu sudah tahu jawaban dari why yang lu punya, itu berarti lu sudah tahu tujuan lu. Oh, ya, "why" atau "big why" ini adalah oleh-oleh dari sebuah live instagram yang gw lakukan saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2023 lalu. Dalam live itu, gw bersama dua narasumber ngobrolin seputar sampah yang kian hari makin mengerikan. Kalau gw simpulkan, kita perlu tahu big why kita ketika hendak melakukan sesuatu. 

Meski konteks ini sedang membicarakan sampah, tapi gw rasa bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Ini menjadi hentakan spesial buat gw. Selama ini gw kerap memulai melakukan sesuatu, tapi kandas di tengah jalan. Entah gw belum menemukan alasan yang jelas terkait dengan tujuan dari apa yang gw lakuin atau memang mental dan motivasi gw masih lembek, alias masih ogah-ogahan. Omong kosong belakang. Contoh sederhananya, gw kerap ditanya ketika ngobrol random dengan orang Turki di internet, kenapa gw belajar bahasa mereka? Padahal yang gw tau cuma kata-kata sederhana saja. Jawaban gw cuma asal, karena bahasa Turki itu susah atau karena gw suka negara Turki dan ingin pergi ke sana suatu hari nanti. Well, setelah di pikir-pikir, gw belum punya big why yang kuat. Buktinya gw beberapa kali ikut kursus bahasa Turki, tapi tetap saja tidak ada kemajuan. Gw masih malas untuk mengulang pelajaran. Hasilnya cuma kata-kata sederhana atau umum saja yang gw bisa ucapkan. 

Banyak hal yang ingin gw lakukan dalam hidup ini. Bukan untuk memukau orang lain, tapi gw ingin memberikan makna indah menurut versi gw sendiri tentang hidup yang gw jalani. 

Pagi ini gw dapat pertanyaan dari seseorang apakah gw gak ada minat untuk sekolah di luar negeri? Hal yang sama juga gw dapatkan dalam bentuk dorongan dari teman gw. Dia yang paling getol memberikan saran untuk kuliah di luar negeri. 

Jawabannya adalah iya. Gw mau lanjut sekolah di luar negeri. Tapi pertama-tama, gw harus menemukan big why gw. Karena ketika gw sudah tahu hal itu, akan selalu ada alarm besar tepat di depan gw untuk mengingatkan kala gw lagi malas, down, atau hilang motivasi. Big why itulah yang akan terus menggerakkan kita hingga akhirnya kita mencapai di titik yang kita cita-citakan. 

Setelah nulis ini, gw rasa gw mau mulai melakukan perjalanan ke dalam diri gw untuk menemukan big why gw. 

Selamat merenung dan jangan lupa ngopi! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebahagiaan Bertumpu pada Sate Ayam Madura

Perbedaan adalah keniscayaan. Setiap orang punya definisi tentang sesuatu yang berbeda. Contohnya, bagi si A sukses itu bisa bangun di pagi hari tanpa mematikan alarm lagi. Menurut si B, sukses itu ketika dia bisa punya gaji dua digit. Definisi sukses menurut si A dan si B itu tidak salah. Dua-duanya valid menurut pendapat masing-masing. Pada suatu hari, aku bersama lima temanku terlibat dalam sebuah percakapan dengan seorang laki-laki dari generasi boomers. Laki-laki itu mulanya bertanya satu per satu tentang pekerjaan kami. Oh ya, kebetulan aku dan empat temanku (kecuali satunya), belum menikah, kebetulan juga kami masih single. Laki-laki tua itu seolah mengasihani kami. Pertama karena gaji kami belum mentereng (padahal salah satu dari kami itu ada yang sudah punya usaha sendiri dan mampu beli mobil). Kedua, tentu saja karena kami masih single. Status single seolah-olah adalah sebuah petaka bagi si generasi boomers itu. Dan aku rasa, banyak juga generasi boomers berpikir hal yang sam...

KOLAK PISANG NAIRA oleh Fitri Nurul Aulia

Waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh sore ketika aku dan kelima temanku baru saja keluar dari kantor. Artinya, sekitar tiga puluh menit lagi menuju adzan maghrib untuk berbuka puasa. Sambil berjalan cepat, sesekali aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. “Sepertinya kita akan buka di jalan nih.” Kataku pada teman-teman. “Iya juga ya,” kata Raihan, salah satu temanku. Kami berhenti di sebuah taman kota, kemudian kami duduk di sebuah bangku kayu panjang. Aku sapu pandanganku mencari santapan untuk berbuka. Aku menyeringai senang, “Di sana ada bazar ramadhan tuh! Bagaimana kalau aku kesana?” Aku menatap sebuah tenda putih memanjang di seberang jalan. Teman-teman mengiyakan tawaranku. Aku segera melesat menuju bazar ramadhan di seberang jalan sana. Ketika sampai, aku celingak-celinguk, semua makanan sudah habis terjual. Sedikit kecewa. Aku putar pandanganku menatap teman-teman yang sedang menunggu di seberang jalan sana, berharap aku kembali ...