Arnold merapatkan mantel coklatnya yang tebal. Walau tubuhnya berada di dalam bus merah dan dibalut dengan busana tebal, udara musim dingin masih saja mampu menyelinap masuk ke dalam bus. Ia menyandarkan tubuhnya sambil sesekali melirik jam raksasa yang menjadi ikon kebanggan negaranya, Inggris—yang tepat berada di depan bus. Big ben menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Arnold terdiam melihat suasana hening di dalam bus yang dihuni sekitar lima belas orang saja. Semua orang berpakaian tebal seperti dirinya. Bus berlari dengan kecapatan sedang memasuki jembatan yang membelah sungai Thamses. Lalu lintas di luar sana lumayan lengang. Arnold memperhatikan seorang gadis yang tidak dikenlanya sedang tertidur pulas disampingnya. Lalu Arnold membuang muka menatap sungai Thames yang mulai membeku memantulkan cahaya dari kelap-kelipnya lampu-lampu kota. Dia tersenyum. Ah... bukankah London itu kota terindah yang pernah ada? Kota ini benar-benar membuatku selalu terseny...