Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 23, 2021

Patah - Es Krim - Episode 9

  Rasanya, aku ingin melarikan diri barang sejenak dari kota ini. Dan pernah terbesit dalam benakku untuk melakukan itu. Namanya, aku rasa itu bukan keputusan yang bijak. Sebab, sejauh apa pun melangkah, aku akan tetap terluka. Semuanya tidak akan berpengaruh apa-apa jika aku tak menyelesaikan masalahku terlebih dahulu. Iya, masalah itu ada di dalam diriku, di dalam hatiku yang dengan suka rela kubawa kemana pun raga bergerak.  Pada suatu pagi, aku menemukan pantulan diriku di sebuah cermin berbingkai warna merah muda. Kucermati sosok yang ada di sana. Dia begitu menyedihkan. Senyum hilang. Wajahnya redup tidak ada aura. Kusut sekali. Yang tampak, hanyalah guratan-guratan kesedihan. Aku melihat orang lain di sana. Bukan Ila yang selama ini aku kenal. Ceria, penuh canda.  Tapi aku manusia. Aku punya kesedihan. Aku bisa menangis.  "Ila, bagaimana kalau kita beli es krim saja?" tawar Gina, teman satu kantor yang pernah kuceritakan segala tentang Dion sebelum tragedi ini...

Patah - Dia Ada Di Mana-mana - Episode 8

  Tuhan, bagaimana mungkin aku merasa kehilangan? Padahal, sejak awal aku tak pernah memiliki. *** Tatapanku kosong. Lurus ke depan. Jika tidak malu pada Abang Supir Angkot, aku sudah menumpahkan seluruh air mata yang sudah ditahan sejak pagi tadi. Dion ada di segala tempat yang aku lewati. Bayangannya muncul mengundang kenangan yang pernah kami alami. Di jalan yang sedang kulewati ini, yang disepanjang jalannya berbaris pohon yang tidak kuketahui namanya, pada suatu malam, Dion pernah mengantarkan aku pulang menggunakan sepeda motor yang aku kendarai ke tempat kerja. Katanya, dia khawatir kalau ada perempuan pulang sendirian apalagi sudah malam begini. Padahal, justru aku mengkhawatirkannya sebab pada jam segitu, angkot sudah mulai jarang. Maksudku, kan tidak lucu kalau dia sampai tidak mendapatkan angkot pulang setelah mengantarku. Tapi begitulah Dion. Dia selalu berhasil meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja. Aku tersenyum kecut menyadari telah dipermainkan kenangan da...