Senyuman memang selalu indah. Tetapi aku juga menemukan definisi itu dalam rupa kesedihanmu. "Mengapa" seharusnya menjadi sebuah kata yang membuat seseorang mengernyitkan kening. Tetapi tidak denganku. Semakin kulihat luka di ragamu, semakin aku jatuh cinta. Duhai, Februari, izinkan aku menetap dalam perih dan sesakmu, dalam duka dan marahmu, dalam kecewa dan takutmu. Tidak untuk sesekali, tetapi untuk selamanya. Sebab tubuhku adalah rumah kekal untuk jiwamu. Bogor, 2 Februari 2023