Aku Akan Menikah
Ibu, Aku Akan Jatuh
dan Membangun Cinta, Kemudian Menikah
Ibu pernah mempertanyakan kenormalanku sebagai seorang
perempuan ketika mengobrol bersama tetangga. Ia khawatir sebab aku tidak pernah
terlihat dekat dengan lelaki, begitu katanya. Kutanggapi dengan tawa yang
menggelegar. Ya ampuuuunnn. Dan ini tidak sekali saja terjadi.
Aku normal, Bu....
Bu, selama ini aku dekat dengan lelaki, aku punya
teman-teman lelaki. Berteman dengan batas yang sewajarnya saja. Sama hal
seperti aku punya teman-teman perempuan. Kuakui pernah punya rasa suka pada
lelaki. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Sayangnya perasaan itu tidak
berlangsung lama. Tiga hari kemudian sudah normal seperti biasa. Satu minggu
kemudian hempas entah ke mana. Satu bulan kemudian kembali ke titik
awal. Mereka bilang cinta tidak begitu. Itu hanya sekadar rasa kagum. Mengagumi
seseorang tentu sah-sah saja, bukan? Temanku bernama Shofy juga bilang bahwa itu bukanlah yang dinamakan jatuh cinta. Jatuh cinta ketika kita merasa nyaman bersama dengan seseorang dalam jangka waktu yang lama. Aku
belum pernah sampai pada titik itu.
Bu, cinta hanya akan kuberikan untuk satu lelaki saja. Tapi
tidak sekarang. Belum kutemukan lelaki yang bisa kupercayakan hati ini padanya.
Belum kutemukan dia yang membuatku yakin dengan ucapan “Dialah orangnya”. Tapi
jangan kuatir, dia pasti ada, Bu. Satu, dan untukku.
Orang-orang lajang memang sedang menunggu atau ditunggu
jodohnya. Tapi itu bukan poin utamanya. Yang utama dan terpenting adalah
bagaimana kesiapan kita menyambutnya kelak. Dalam diri ini masih banyak
kekurangan. Dan menikah bukan hanya tentang jatuh cinta saja. Lebih dari itu.
Jadi, aku ingin mepersiapkan diri dulu untuk menjadi sebaik-baiknya rumah
tempat ia pulang kelak.
Jadi, Bu, suatu hari nanti aku akan menikah. Anakmu ini akan berkeluarga juga. Tapi sebelum hari itu tiba, biarkan aku belajar lagi untuk mencintaimu dulu dengan baik dan benar, Bu di masa lajang ini. Meskipun aku tahu, bahwa sampai kapan pun aku tidak pernah bisa mengalahkan cinta sepanjang masamu untukku.
Mencintai Bapak
Ada yang bilang bahwa seorang ayah adalah cinta pertama anak
perempuannya. Itu sebuah kebenaran. Aku mencintai Bapak. Meski tak pernah aku
ucapkan, tapi hati ini menyetujui tanpa bantahan. Tanpa ada keraguan. Bahasa
cinta tak hanya berwujud lewat lisan, bukan? Tetapi dia punya banyak bentuknya.
Punya banyak caranya. Saat ini, aku ingin cinta utama pada lelaki fokus pada
satu dulu, yaitu Bapak, kemudian adikku, Zaidan. Pasanganku kelak tak akan
pernah bisa menggantikan apa pun yang telah Bapak perbuat dan berikan. Sebab
Bapak dan pasanganku kelak adalah dua orang yang samasekali berbeda. Jadi,
biarkan aku menikmati dulu masa-masa lajangku dengan mencintai Bapak, dengan
bahasaku.
Bogor 15 Februari 2019
MasyaAllah ka, begitu baca judulnya langsung wah eh udh bacanya makin MasyaAllah, sungguh itulah semurni2nya cinta :"))
BalasHapus