Langsung ke konten utama

CATATAN MENUJU 23 (Bagian 6)


Aku Akan Menikah








Ibu, Aku Akan Jatuh dan Membangun Cinta, Kemudian Menikah

Ibu pernah mempertanyakan kenormalanku sebagai seorang perempuan ketika mengobrol bersama tetangga. Ia khawatir sebab aku tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki, begitu katanya. Kutanggapi dengan tawa yang menggelegar. Ya ampuuuunnn. Dan ini tidak sekali saja terjadi.

Aku normal, Bu....

Bu, selama ini aku dekat dengan lelaki, aku punya teman-teman lelaki. Berteman dengan batas yang sewajarnya saja. Sama hal seperti aku punya teman-teman perempuan. Kuakui pernah punya rasa suka pada lelaki. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Sayangnya perasaan itu tidak berlangsung lama. Tiga hari kemudian sudah normal seperti biasa. Satu minggu kemudian hempas entah ke mana. Satu bulan kemudian kembali ke titik awal. Mereka bilang cinta tidak begitu. Itu hanya sekadar rasa kagum. Mengagumi seseorang tentu sah-sah saja, bukan? Temanku bernama Shofy juga bilang bahwa itu bukanlah yang dinamakan jatuh cinta. Jatuh cinta ketika kita merasa nyaman bersama dengan seseorang dalam jangka waktu yang lama. Aku belum pernah sampai pada titik itu.

Bu, cinta hanya akan kuberikan untuk satu lelaki saja. Tapi tidak sekarang. Belum kutemukan lelaki yang bisa kupercayakan hati ini padanya. Belum kutemukan dia yang membuatku yakin dengan ucapan “Dialah orangnya”. Tapi jangan kuatir, dia pasti ada, Bu. Satu, dan untukku.
Orang-orang lajang memang sedang menunggu atau ditunggu jodohnya. Tapi itu bukan poin utamanya. Yang utama dan terpenting adalah bagaimana kesiapan kita menyambutnya kelak. Dalam diri ini masih banyak kekurangan. Dan menikah bukan hanya tentang jatuh cinta saja. Lebih dari itu. Jadi, aku ingin mepersiapkan diri dulu untuk menjadi sebaik-baiknya rumah tempat ia pulang kelak.

Jadi, Bu, suatu hari nanti aku akan menikah. Anakmu ini akan berkeluarga juga. Tapi sebelum hari itu tiba, biarkan aku belajar lagi untuk mencintaimu dulu dengan baik dan benar, Bu di masa lajang ini. Meskipun aku tahu, bahwa sampai kapan pun aku tidak pernah bisa mengalahkan cinta sepanjang masamu untukku.    

Mencintai Bapak

Ada yang bilang bahwa seorang ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Itu sebuah kebenaran. Aku mencintai Bapak. Meski tak pernah aku ucapkan, tapi hati ini menyetujui tanpa bantahan. Tanpa ada keraguan. Bahasa cinta tak hanya berwujud lewat lisan, bukan? Tetapi dia punya banyak bentuknya. Punya banyak caranya. Saat ini, aku ingin cinta utama pada lelaki fokus pada satu dulu, yaitu Bapak, kemudian adikku, Zaidan. Pasanganku kelak tak akan pernah bisa menggantikan apa pun yang telah Bapak perbuat dan berikan. Sebab Bapak dan pasanganku kelak adalah dua orang yang samasekali berbeda. Jadi, biarkan aku menikmati dulu masa-masa lajangku dengan mencintai Bapak, dengan bahasaku.    

Bogor 15 Februari 2019

Komentar

  1. MasyaAllah ka, begitu baca judulnya langsung wah eh udh bacanya makin MasyaAllah, sungguh itulah semurni2nya cinta :"))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebahagiaan Bertumpu pada Sate Ayam Madura

Perbedaan adalah keniscayaan. Setiap orang punya definisi tentang sesuatu yang berbeda. Contohnya, bagi si A sukses itu bisa bangun di pagi hari tanpa mematikan alarm lagi. Menurut si B, sukses itu ketika dia bisa punya gaji dua digit. Definisi sukses menurut si A dan si B itu tidak salah. Dua-duanya valid menurut pendapat masing-masing. Pada suatu hari, aku bersama lima temanku terlibat dalam sebuah percakapan dengan seorang laki-laki dari generasi boomers. Laki-laki itu mulanya bertanya satu per satu tentang pekerjaan kami. Oh ya, kebetulan aku dan empat temanku (kecuali satunya), belum menikah, kebetulan juga kami masih single. Laki-laki tua itu seolah mengasihani kami. Pertama karena gaji kami belum mentereng (padahal salah satu dari kami itu ada yang sudah punya usaha sendiri dan mampu beli mobil). Kedua, tentu saja karena kami masih single. Status single seolah-olah adalah sebuah petaka bagi si generasi boomers itu. Dan aku rasa, banyak juga generasi boomers berpikir hal yang sam...

Big Why

Punya "why" dalam hidup itu penting, gw rasa. Sebab ketika lu sudah tahu jawaban dari why yang lu punya, itu berarti lu sudah tahu tujuan lu. Oh, ya, "why" atau "big why" ini adalah oleh-oleh dari sebuah live instagram yang gw lakukan saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2023 lalu. Dalam live itu, gw bersama dua narasumber ngobrolin seputar sampah yang kian hari makin mengerikan. Kalau gw simpulkan, kita perlu tahu big why kita ketika hendak melakukan sesuatu.  Meski konteks ini sedang membicarakan sampah, tapi gw rasa bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Ini menjadi hentakan spesial buat gw. Selama ini gw kerap memulai melakukan sesuatu, tapi kandas di tengah jalan. Entah gw belum menemukan alasan yang jelas terkait dengan tujuan dari apa yang gw lakuin atau memang mental dan motivasi gw masih lembek, alias masih ogah-ogahan. Omong kosong belakang. Contoh sederhananya, gw kerap ditanya ketika ngobrol random deng...

KOLAK PISANG NAIRA oleh Fitri Nurul Aulia

Waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh sore ketika aku dan kelima temanku baru saja keluar dari kantor. Artinya, sekitar tiga puluh menit lagi menuju adzan maghrib untuk berbuka puasa. Sambil berjalan cepat, sesekali aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. “Sepertinya kita akan buka di jalan nih.” Kataku pada teman-teman. “Iya juga ya,” kata Raihan, salah satu temanku. Kami berhenti di sebuah taman kota, kemudian kami duduk di sebuah bangku kayu panjang. Aku sapu pandanganku mencari santapan untuk berbuka. Aku menyeringai senang, “Di sana ada bazar ramadhan tuh! Bagaimana kalau aku kesana?” Aku menatap sebuah tenda putih memanjang di seberang jalan. Teman-teman mengiyakan tawaranku. Aku segera melesat menuju bazar ramadhan di seberang jalan sana. Ketika sampai, aku celingak-celinguk, semua makanan sudah habis terjual. Sedikit kecewa. Aku putar pandanganku menatap teman-teman yang sedang menunggu di seberang jalan sana, berharap aku kembali ...