Aku pikir sudah menyiapkan dengan baik dan cukup, ternyata belum. Maka, satu hari, satu jam, atau satu menit adalah waktu yang lama untuk sebuah ketidaknyamanannya.
Kira-kira itulah pelajaran yang bisa aku ambil saat tidur di tenda sendirian dengan alas tidur berupa karpet yoga, bantalan kepala topi kupluk, dan penghangat badan berupa jaket tebal. Awalnya aku mau bawa bantal kecil untuk tidur, tetapi urung. Ku pikir hanya semalam dan barang bawaan sudah cukup. Nyatanya aku tidak bisa tidur dengan baik. Selain karena kondisi di atas, beberapa kali aku mendengar suara langkah kaki di luar tenda. Kadang-kadang aku merasakan ada seseorang yang sedang menyentuh tendaku. Berupaya untuk tetap positif ternyata menantang sekali ketika berada di posisi itu. Dalam hati terus bergumam bawa semua akan berlalu, sebentar lagi lagi dan bla bla bla. Dan ternyata jaket panjang yang kata Mamaku berbahan karpet ini, belum cukup menghalau dingin. Padahal celana sudah double, kaos kaki pun sudah double.
Beruntung semuanya baik-baik saja sehingga pagi. Meski aku masih butuh tidur (karena tidur tak nyenyak). Tetapi pelajaran berharga bisa aku kemas untuk dibawa pulang.
Situasi yang aku alami kurang lebih cukup menjawab sebuah pertanyaan yang sekitar beberapa hari lalu dilayangkan kepadaku oleh seorang kawan yang nun jauh di sana: are you afraid of marriage?
Jawabannya adalah iya. Aku takut jika hidup dengan orang yang salah ketika memutuskan terburu-buru. Sebab seumur hidup adalah waktu yang lama jika hidup dengan orang yang salah. Untuk hal yang aku anggap sepele saja (camping), kenyataannya masih kurang persiapannya, apalagi hal besar, serius, dan sakral seperti pernikahan? Persiapannya tak seperti pergi camping satu malam. Butuh ilmu dan mental yang cukup. Butuh perbaikan diri sendiri sehingga kelak aku bisa menjadi rumah yang nyaman untuk pasanganku pulang. Iya, aku setuju bahwasanya tidak ada yang sempurna. Namun, persiapan yang baik adalah kewajiban.
Jadi, selamat bertumbuh dan utuh seluruh 🌱
Komentar
Posting Komentar