Langsung ke konten utama

Pikiran: Kemewahan


Aku akan membuka tulisan ini dengan pertanyaan "Apa definisi mewah itu?"

Sebenarnya aku mendapatkan pertanyaan itu kala sedang menonton sebuah video dari kanal YouTube Her 86m2 dengan judul Simple Luxury.  Katanya, "sometimes luxury has nothing to do with money." Pendapatnya itu tak kuasa aku bantah. Aku meng-iya.

Dalam definisiku, kemewahan adalah sesuatu yang istimewa sehingga tidak banyak orang mampu mendapatkannya. Harganya terlalu "mahal" untuk dimiliki. Atau, bisa juga melakukan aktivitas tertentu yang orang lain jarang melakukannya. Kemewahan adalah sesuatu yang jarang.

Tetapi, perlu aku sampaikan pendapatku bahwa kemewahan tidak selalu berkaitan dengan uang. Sometimes luxury has nothing to do with money.

Pikiranku mengembara pada potret-potret peristiwa yang telah terjadi dalam hidup. Aku memanggil kembali rekaman yang diabadikan oleh otakku tentang hal-hal apa saja yang bagiku mewah.

Pertama, kemewahan bagiku ketika menikmati suasana jalan saat menuju suatu lokasi menggunakan kendaraan umum. Di zaman teknologi ini, manusia terlalu banyak menunduk, memerhatikan dunia maya lewat layar beberapa inci di tangannya. Padahal, banyak hal yang bisa ditangkap oleh kedua retina mata kita tentang kehidupan di jalanan saja. Sesuatu yang bikin kita bersyukur, tersenyum melihat adegan indah, tertawa karena lelucon dari tingkah orang-orang,  bersedih, bisa juga marah. Sesuatu yang sekarang jarang orang lakukan. Dari perjalanan yang sederhana, kita bisa mendapatkan pelajaran yang istimewa.

Kemewahan kedua bagiku adalah ketika aku menyeduh secangkir kopi sambil menikmati video inspirasi yang mampu menggugah sukma. Ada perasaan bahagia di sana. Terlebih lagi ketika dari aktivitas tersebut aku mendapatkan ide baru.

Selanjutnya, kemewahan adalah ketika aku tersenyum melihat bulir-bulir embun yang tertinggal di dedaunan atau ujung-ujung padi yang disiram oleh sinar matahari pagi. Pantulannya tampak ajaib bagiku. Berkilau seperti kristal. Selain itu, memerhatikan hal-hal kecil di sekitar juga termasuk kemewahan selain embun-embun. Seperti melihat burung bertengger dan berkicau, melihat kupu-kupu, melihat para serangga bergelayut pada daun yang lemah, melihat daun-daun yang beraneka bentuk, dan masih banyak lagi. Semua hal yang aku sebutkan itu adalah keajaiban.

Kemewahan yang lain adalah hubungan pertemanan yang kudapatkan kala bepergian pada suatu tempat. Mungkin banyak orang yang bisa berkelana ke mana saja, tapi hubungan yang masih tercipta cukup lama adalah yang jarang--setidaknya itu menurutku.

Selanjutnya adalah Labuan Bajo. Untuk yang ini, aku sulit bercerita. Seperti kehabisan kata untuk menceritakan tentangnya. Kota ini adalah keajaiban. Kota ini adalah kejutan. Kota ini adalah sesuatu yang tidak pernah aku rencanakan, tetapi Tuhan begitu Penyayang mengirimkan aku ke sana tiba-tiba. Kota ini adalah pelukan. Dan kepadanya, aku akan kembali. Cepat atau lambat. Dan dengan izin Sang Pemberi Rezeki.

Masih banyak deretan kemewahan yang kumiliki. Tetapi, biarkan saja beberapa kemewahan cukup disimpan di hati.

Jika aku boleh memberi saran, temukan kemewahan pada hal sederhana di sekitarmu. Entah itu sesuatu yang suka kau kerjakan, atau hal lain yang tertangkap oleh kedua bola matamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebahagiaan Bertumpu pada Sate Ayam Madura

Perbedaan adalah keniscayaan. Setiap orang punya definisi tentang sesuatu yang berbeda. Contohnya, bagi si A sukses itu bisa bangun di pagi hari tanpa mematikan alarm lagi. Menurut si B, sukses itu ketika dia bisa punya gaji dua digit. Definisi sukses menurut si A dan si B itu tidak salah. Dua-duanya valid menurut pendapat masing-masing. Pada suatu hari, aku bersama lima temanku terlibat dalam sebuah percakapan dengan seorang laki-laki dari generasi boomers. Laki-laki itu mulanya bertanya satu per satu tentang pekerjaan kami. Oh ya, kebetulan aku dan empat temanku (kecuali satunya), belum menikah, kebetulan juga kami masih single. Laki-laki tua itu seolah mengasihani kami. Pertama karena gaji kami belum mentereng (padahal salah satu dari kami itu ada yang sudah punya usaha sendiri dan mampu beli mobil). Kedua, tentu saja karena kami masih single. Status single seolah-olah adalah sebuah petaka bagi si generasi boomers itu. Dan aku rasa, banyak juga generasi boomers berpikir hal yang sam...

Big Why

Punya "why" dalam hidup itu penting, gw rasa. Sebab ketika lu sudah tahu jawaban dari why yang lu punya, itu berarti lu sudah tahu tujuan lu. Oh, ya, "why" atau "big why" ini adalah oleh-oleh dari sebuah live instagram yang gw lakukan saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2023 lalu. Dalam live itu, gw bersama dua narasumber ngobrolin seputar sampah yang kian hari makin mengerikan. Kalau gw simpulkan, kita perlu tahu big why kita ketika hendak melakukan sesuatu.  Meski konteks ini sedang membicarakan sampah, tapi gw rasa bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Ini menjadi hentakan spesial buat gw. Selama ini gw kerap memulai melakukan sesuatu, tapi kandas di tengah jalan. Entah gw belum menemukan alasan yang jelas terkait dengan tujuan dari apa yang gw lakuin atau memang mental dan motivasi gw masih lembek, alias masih ogah-ogahan. Omong kosong belakang. Contoh sederhananya, gw kerap ditanya ketika ngobrol random deng...

KOLAK PISANG NAIRA oleh Fitri Nurul Aulia

Waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh sore ketika aku dan kelima temanku baru saja keluar dari kantor. Artinya, sekitar tiga puluh menit lagi menuju adzan maghrib untuk berbuka puasa. Sambil berjalan cepat, sesekali aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. “Sepertinya kita akan buka di jalan nih.” Kataku pada teman-teman. “Iya juga ya,” kata Raihan, salah satu temanku. Kami berhenti di sebuah taman kota, kemudian kami duduk di sebuah bangku kayu panjang. Aku sapu pandanganku mencari santapan untuk berbuka. Aku menyeringai senang, “Di sana ada bazar ramadhan tuh! Bagaimana kalau aku kesana?” Aku menatap sebuah tenda putih memanjang di seberang jalan. Teman-teman mengiyakan tawaranku. Aku segera melesat menuju bazar ramadhan di seberang jalan sana. Ketika sampai, aku celingak-celinguk, semua makanan sudah habis terjual. Sedikit kecewa. Aku putar pandanganku menatap teman-teman yang sedang menunggu di seberang jalan sana, berharap aku kembali ...