Dengan damai, kamu pulang dalam dekapan Aare.
Dengan izin Tuhan, kamu berkelimpahan doa-doa. Kalau saja kamu lihat, doa-doa itu bergerak seperti lesatan anak-anak panah. Cepat. Menuju langit.
Dari kamu dan kisah-kisah perpisahan yang lain, membuat diri belajar bahwa siapa pun yang ada dalam hidup kita, cepat atau lambat, akan berada pada titik lambaian tangan. Tanggalnya sudah tercatat. Hanya saja kapannya akan selalu menjadi rahasia hingga hari itu tiba.
Aku pernah menulis bahwa sebaik apa pun persiapan kita terhadap sebuah perpisahan, sejatinya kita tidak akan pernah siap.
Perpisahan yang sudah disiapkan saja kita runtuh, apalagi yang tanpa pamitan?
Pada suatu hari, bunga-bunga di hati kita bisa bermekaran indah. Di hari yang lain, bunga-bunga itu bisa tiba-tiba raib entah ke mana.
Hidup selucu dan sepenuh kejutan itu. Namun, beberapa hal lucu dan kejutan bisa membuat kita senang, beberapa lainnya meninggalkan duka mendalam.
Aku belajar sesuatu dari Aare, tempat kamu pulang mengetuk pintu perpisahan, bahwa selagi ada waktu bersama dengan orang-orang yang kamu sayangi, hargai keberadaan mereka. Esok lusa, mana tahu takdir bilang atas kebersamaanmu dengan mereka, "Sudah selesai. Sampai di sini, ya.... " Tanpa aba-aba.
Selamat melanjutkan perjalanan, Eril.
Semoga doa-doa terbaik yang melesat ke Langit membersamai kamu bertemu Sang Pemilik Kehidupan.
Komentar
Posting Komentar