Beberapa hari sebelum Dion pulang, kami merencanakan akan pergi berwisata bersama. Awalnya, Ibu dan Bapak akan ikut serta. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya yang berangkat hanya aku, Dion, dan Yahya, adikku menggunakan sepeda motor di rumah.
Diantar oleh saudaraku, akhirnya kami pun pergi menuju salah satu tempat wisata yang berlokasi di kaki gunung Salak. Ditemani cuaca berawan, motor yang dikendarai Dion melaju mengikuti saudaraku. Jalan berkelok-kelok, naik dan turun. Sesekali kueratkan pegangan ketika harus melewati tanjakan curam. Bukan apa-apa, kungeri saja jika motor tidak kuat menanjak. Namun, Dion santai saja melewatinya.
Ini kali pertama aku mengunjungi tempat wisata ini. Sebuah tempat yang menjadi sasaran empuk buat para pemburu foto cantik. Berada di ketinggian yang entah berapa, pemandangan yang disajikan emang cukup lumayan. Namun bagi Dion, ternyata suasana seperti itu hal yang biasa. Ia sering pergi ke tempat semacam ini di Lampung sana. Aku sedikit kecewa karena tidak bisa memberikan sesuatu yang berbeda jelang kepulangannya. Kadung sudah di sana. Lama-lama akhirnya kami pun menikmatinya. Berfoto bersama, bermain ayunan bersama, sampai makan bersama. Kadang-kadang kami bergantian untuk mengambil foto masing-masing kami.
Waktu kami sedang duduk di ayunan yang menghadap ke pemandangan sana, Dion mengeluarkan sebuah tongsis yang kemudian menyerahkannya kepadaku. "Buat kamu foto-foto."
Aku mengernyit tak percaya. Lebih tepatnya tak percaya dia sengaja membeli tongsis itu untukku.
Saat ia mencoba mengambil gambar kami aku menyadari sesuatu. "Handphone kamu baru, ya?"
Dion sungkan mengakui. Tapi akhirnya mengangguk juga. Awal kami berjumpa, Dion sering meminta maaf perihal lama respons karena layar handphone tidak bisa bekerja lah, tidak bisa buka whatsapp lah dan masih banyak lagi. Jadi, beberapa masalah tersebut cukup kuat untuk membuatnya mengganti ponsel lamanya.
Benar kecurigaanku. Tongsis yang dia berikan barusan merupakan bonus dari handphone yang dibelinya. Dion memberikan benda itu dengan hati riang. Cuek saja meski itu merupakan bonus. Baginya, yang penting ada sesuatu yang bisa ia berikan sebagai kenang-kenangan.
Komentar
Posting Komentar