Bertukar nomor handphone dengan orang asing mungkin terdengar konyol. Seharusnya itu tidak dilakukan. Namun saat itu, tidak ada gelagat mencurigakan. Jika hewan punya insting, manusia punya firasat. Dan firasatku baik terhadap Dion.
"Aku sedang PKL di sini dari salah satu universitas di Lampung."
Dulu, aku tidak bertanya nama universitas tempat dia kuliah. Seiring berjalannya waktu, akhirnya kuketahui juga.
Jadi begini kira-kira percakapannya sebelum adegan tukar nomor handphone itu terjadi.
"Saudara saya ada yang hendak kuliah di sini. Apakah kamu tahu universitas mana yang cocok? Tepatnya yang ada jurusan Bahasa Inggrisnya."
"Sastra atau Pendidikan? kebetulan aku juga dari jurusan Bahasa Inggris. Lebih tepatnya Sastra Inggris." Jelasku.
"Boleh saya tanya-tanya, Mbak soal universitas itu? Bisa minta nomor handphonenya?" Katanya lagi.
"Oh, boleh." jawabku cepat. Tanpa berpikir panjang. Entah setan mana yang sudah memengaruhi sehingga aku tampak menjadi wanita gampangan.
Tak lama, Dion pun turun. Kosannya rupanya masih satu kawasan dengan tempat ia PKL. Di sebuah kantor yang berkaitan dengan perikanan.
Malam itu, Dion baru saja pulang dari mal yang lokasinya dekat tempat bekerjaku. Dekat perkampungan Arab. Aku masih ingat pakaian yang ia kenakan. Baju koko berwarna biru muda dan bawahan celana panjang warna cokelat. Ia membawa ransel hitam. Dion baru saja membeli buku di mal itu.
Baru aku sadari sekarang. Jelas dia tahu angkot mana yang harus dinaiki untuk pulang ke kosannya. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa sampai ke mal itu? Pertanyaan pertama yang dulu dia lontarkan di dalam angkot, rupanya hanya sebuah basa-basi belaka agar bisa mendapatkan teman baru. Dan aku tidak mempermasalahkan itu. Punya banyak teman bukankah hal yang bagus?
Satu SMS kuterima. Mudah sekali ditebak bahwa itu dari Dion. Dalam pesan singkat itu, ia menyebutkan nama lengkapnya. Lalu, aku membalas dengan kata-kata yang kemudian aku sesali. Sebab, Dion selalu mengolok-olok karena balasanku itu.
Nice name. 😁 Nama asli saya Ila Ramadani. Nice to meet you
Bodoh! Seharusnya tak perlu aku sok-sokan memuji seorang lelaki yang baru dikenal seperti itu.
Komentar
Posting Komentar