Langsung ke konten utama

Pikiran : Tentang Deep Talks dan Cerita Hari Ini






Ketika aku berdalih bahwa tidak ada hal yang bisa aku ceritakan, sebenarnya itu merupakan sebuah omong kosong. Setiap kita punya cerita setiap hari. Yang membedakan apakah itu sesuatu yang spesial atau tidak. Namun, kali ini aku memutuskan untuk menuliskannya. Lebih tepatnya sengaja membuat ini spesial.

Hari ini, 13 Juni 2020 aku kembali bertemu dengan teman-teman seperjuangan saat kami bekerja dulu, Tama, Ridwan, dan Seli yang telat datang berjam-jam. Hahahaha. Banyak hal yang kami obrolkan. Dari mulai A hingga Z. Dari topik ini lalu tiba-tiba saja menjadi topik itu. Samasekali  tidak nyambung, tetapi rasanya seru dan asyik saja.

Kami bertukar cerita, berdiskusi tentang bagaimana seharusnya pendidikan di Indonesia , bagaimana uang bekerja, membicarakan tentang orang-orang yang punya kendali karena uang dan dikolaborasikan dengan ide yang cemerlang, bagaimana kehidupan bila bumi sudah rusak dan apakah benar bahwa nanti akan benar-benar ada orang yang tinggal di planet Mars. Kami juga membicarakan tentang seseorang bernama Elon Musk yang membuat roket reuseable. Terakhir, kami membicarakan tentang kasus Novel Baswedan. Sebuah kasus yang membuat aku patah hati pagi-pagi ini. Segala hal kami bicarakan, sehingga membuat aku berpikir. Banyak hal yang baru aku dengar, dimana membuatku membutuhkan barang satu-dua detik untuk mengangguk paham.

Aku suka terlibat di dalamnya. Aku suka melihat pandangan orang lain tentang suatu hal. Karena dari situ, aku belajar membuka diri.

“No everybody can be asked to have a deep talk,” kata Tama. Setelah kupikir-pikir, benar juga. Tidak semua orang bisa terlibat dalam percakapan semacam itu. Kita akan membicarakn hal-hal semacam itu hanya pada orang-orang tertentu. Bukankah begitu?

Suatu hari, saat berselancar di instragram, kutemukan sebuah postingan tentang small talks dan deep talks. Intinya, yang bisa kusimpulkan adalah bahwa small talks hanya sekadar tentang segala hal bersifat permukaan atau yang tampak. Contohnya, pekerjaan, hobi, kabar, dan lain sebagainya. Sedangkan deep talks membawa kita untuk mengenal seseorang lebih dalam lagi. Contohnya, rencana atau tujuan hidup, atau sesuatu lain yang membuat kita semacam memiliki ikatan lebih erat lagi dengan seseorang, siapa pun itu.

“No everybody can be asked to have a deep talk,” kata Tama. Benar juga. Selama ini aku bisa menghitung dengan jari siapa saja teman yang bisa berdiskusi tentang hal-hal seperti itu, membuat ku menjeda waktu untuk berpikir.

 Akan tetapi, perlu digaris bawahi. Deep talks selalu diawali dengan small talks dan tidak semua hal yang dibicarakan itu harus selalu deep talks. Ayolah, kita juga butuh ruang untuk bersenda gurau, membicarakan hal-hal receh, menertawakan kebodohan yang pernah dilakukan. Hidup juga butuh becanda.

Jadi, karena sudah malam, aku akhiri saja. Terima kasih sudah mampir.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebahagiaan Bertumpu pada Sate Ayam Madura

Perbedaan adalah keniscayaan. Setiap orang punya definisi tentang sesuatu yang berbeda. Contohnya, bagi si A sukses itu bisa bangun di pagi hari tanpa mematikan alarm lagi. Menurut si B, sukses itu ketika dia bisa punya gaji dua digit. Definisi sukses menurut si A dan si B itu tidak salah. Dua-duanya valid menurut pendapat masing-masing. Pada suatu hari, aku bersama lima temanku terlibat dalam sebuah percakapan dengan seorang laki-laki dari generasi boomers. Laki-laki itu mulanya bertanya satu per satu tentang pekerjaan kami. Oh ya, kebetulan aku dan empat temanku (kecuali satunya), belum menikah, kebetulan juga kami masih single. Laki-laki tua itu seolah mengasihani kami. Pertama karena gaji kami belum mentereng (padahal salah satu dari kami itu ada yang sudah punya usaha sendiri dan mampu beli mobil). Kedua, tentu saja karena kami masih single. Status single seolah-olah adalah sebuah petaka bagi si generasi boomers itu. Dan aku rasa, banyak juga generasi boomers berpikir hal yang sam...

Big Why

Punya "why" dalam hidup itu penting, gw rasa. Sebab ketika lu sudah tahu jawaban dari why yang lu punya, itu berarti lu sudah tahu tujuan lu. Oh, ya, "why" atau "big why" ini adalah oleh-oleh dari sebuah live instagram yang gw lakukan saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2023 lalu. Dalam live itu, gw bersama dua narasumber ngobrolin seputar sampah yang kian hari makin mengerikan. Kalau gw simpulkan, kita perlu tahu big why kita ketika hendak melakukan sesuatu.  Meski konteks ini sedang membicarakan sampah, tapi gw rasa bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Ini menjadi hentakan spesial buat gw. Selama ini gw kerap memulai melakukan sesuatu, tapi kandas di tengah jalan. Entah gw belum menemukan alasan yang jelas terkait dengan tujuan dari apa yang gw lakuin atau memang mental dan motivasi gw masih lembek, alias masih ogah-ogahan. Omong kosong belakang. Contoh sederhananya, gw kerap ditanya ketika ngobrol random deng...

KOLAK PISANG NAIRA oleh Fitri Nurul Aulia

Waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh sore ketika aku dan kelima temanku baru saja keluar dari kantor. Artinya, sekitar tiga puluh menit lagi menuju adzan maghrib untuk berbuka puasa. Sambil berjalan cepat, sesekali aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. “Sepertinya kita akan buka di jalan nih.” Kataku pada teman-teman. “Iya juga ya,” kata Raihan, salah satu temanku. Kami berhenti di sebuah taman kota, kemudian kami duduk di sebuah bangku kayu panjang. Aku sapu pandanganku mencari santapan untuk berbuka. Aku menyeringai senang, “Di sana ada bazar ramadhan tuh! Bagaimana kalau aku kesana?” Aku menatap sebuah tenda putih memanjang di seberang jalan. Teman-teman mengiyakan tawaranku. Aku segera melesat menuju bazar ramadhan di seberang jalan sana. Ketika sampai, aku celingak-celinguk, semua makanan sudah habis terjual. Sedikit kecewa. Aku putar pandanganku menatap teman-teman yang sedang menunggu di seberang jalan sana, berharap aku kembali ...