Ketika kau membaca judul ini, menurutmu suatu apa yang
dimaksud? Benarkah ada yang berisik meski dalam kesunyian?
Jawabannya : Ada.
Barangkali sesuatu itu lebih berisik dibandingkan suara
klakson kendaraan yang berbaris di jalanan saat macet. Lebih berisik daripada
suara kereta yang memekakkan telinga tiba-tiba. Lebih berisik dibandingkan dengan gosipan
di warung kopi. Lebih berisik dibandingkan sebuah omelan tiada henti. Karena kau tahu?
Sesuatu yang berisik itu adalah yang membuatmu susah tidur pada malam hari.
Mereka berbunyi di kepalamu saat hari sudah hening, sudah sunyi. Yang diam-diam
bisa mengalirkan air mata, membuat garis lengkung di pipimu, lalu jatuh di atas
bantalmu yang empuk. Sesuatu itu ada di kepalamu, yang menolak pergi meski
tubuh sudah lelah sebab seharian bekerja.
Setiap malam mereka berdemo, beragumentasi, berteriak,
menyalahi, bertanya, dan menangis tersedu. Mereka akan berhenti ketika kita
mulai benar-benar lelah. Atau mungkin berhenti entah kapan, tahu-tahu kita
sudah berada di alam mimpi. Tapi saat terbangun, kita sadar baha tidur hanyalah
sebuah jeda, bukan sebuah akhir.
Pada siang hari, kita akan berlagak baik-baik saja. Menjadi
manusia terkuat menurut versi kita sendiri. Namun, pada malam harinya, semua
pertahanan menjadi runtuh. Suara-suara itu kembali berisik dalam kesunyian.
Aku tahu, itu cukup mengganggu. Sangat tidak nyaman. Namun ternyata,
justru kita jauh lebih nyaman menyiksa diri. Barang kali kita harus pulang.
Memulangkan kembali suara-suara berisik itu ke tempat asalnya dengan
menyelesaikannya. Ah, tapi tidak mudah juga. Sulit juga. Pokoknya menyebalkan.
Namun, begitulah kita sebagai manusia. Sampai sini, tulisan ini semrawut.
Semakin tidak jelas dengan isi pikiran. Dan kau malah terus membaca. Sampai
selesai malah.
Omong-omong, semoga berisikmu segera tenang. Kau, aku, kita
akan baik-baik saja...
Komentar
Posting Komentar