Setahun lebih telah berlalu...
Dan aku di sini, di dalam kamar berukuran 3 X 3
meter, sedang mengumpulkan kenangan-kenangan. Mengingat serpihan yang paling
penting (setidaknya bagiku).
Ini..., kisah selanjutnya.
Apa yang kutahu tentang Kampus Fiksi saat itu? Aku
tidak tahu banyak. Tapi karena beberapa teman di facebook adalah penulis, dan
pernah mengikuti acara tersebut, aku jadi tahu sedikit banyak. Kampus Fiksi
adalah pelatihan menulis yang diselenggarakan di Jogjakarta oleh Ceo penerbit
Diva Press Bapak Edi AH Iyubenu (Aku sungguh berterima kasih kepada Bapak Edi
karena telah mengadakan acara keren tersebut). Saat itu aku tidak tahu
bagaimana caranya mengikuti acara tersebut. Yang kutahu hanya Kampus Fiksi adalah
acara pelatihan menulis dan diadakan di Jogjakarta dan pesertanya dapat
oleh-oleh buku yang bejibun. Dan micinya, aku tidak mencari tahu lebih banyak
dari itu. Micing emang! Tapi setidaknya aku tahu wajah Pak Edi yang mana dan
aku telah berteman dengan beliau di facebook sejak 2016 (kalau tidak salah).
Maka kala Diva Press mengumumkan bahwa akan
diadakannya Kampus Fiksi Roadshow Jakarta, aku gembira bukan main.
Akhirnyaaaaa.... setidaknya kan Jakarta jauh lebih dekat dari kotaku daripada
Jogjakarta (kala itu).
Kuajak kawan-kawan kampus (Seli, Santa, Mei, dan
Nurul) yang terbiasa bersama dan memiliki minat menulis (kecuali Nurul). Acara
tersebut hari Minggu tanggal 6 November 2016 di Gramedia Matraman. Maka kami
berjanji untuk berangkat bersama (kecuali Santa) dari Stasiun Bogor menuju
lokasi. Rencanya diatur bahwa pukul (kalau tidak salah) setengah delapan kami
berangkat. Tapi tahu lah bagaimana, jam karet, kami bertolak menuju Jakarta
pukul 8 lewat. Santa yang sudah berada terlebih dahulu sampai di tempat, terus
menghubungi kami. Bilang bahwa acaranya sudah mau mulai. Pada saat itu kami
baru tiba di Stasiun Cikini dan hendak memesan transportasi online.
Aku tidak pasti pukul berapa aku dan teman-teman akhirnya
tiba di Gramedia Matraman. Tanpa ba-bi-bu kami segera meluncur ke ruangan
tempat acara berlangsung. Kami daftar ulang, kemudian mendapatkan tottebag
berserta isinya (pulpen, buku catatan, dan sebuah buku), setelah itu segera
mencari tubuh Santa yang sudah duduk membaur bersama dengan peserta yang lain.
Suasana di sana...penuhhh.... Antusias orang-orang
bagus sekali.
Acara sudah dimulai. Mbak Avivah sudah sibuk
membawakan acara. Presentasi pertama kalau tidak salah dibawakan oleh Kak Reza.
Kupikir saat itu, siapa pula Reza Nufa itu. Tak kenal aku (lain seperti Wulida
yang tahu sedikit banyak tentang beliaunya. Sampai-sampai kirim surat segala.
Hahaha). Lalu dilanjutkan oleh Pak Edi yang menjelaskan seputar dunia
tulis-menulis. Acara terakhir adalah tantangan menulis selama satu jam. Gila!
Satu jam! Dan yang menarik adalah tulisan-tulisan tersebut akan diseleksi
sehingga bisa mengikuti acara Kampus Fiksi di Jogjakarta! Semangat aku! Dari
kami berlima, hanya aku dan Mei yang ikut tantangan tersebut, Seli, Nurul, dan
Santa memilih menikmati suasana.
Aku gugup dan panik sebab tidak diberi waktu banyak
untuk menulis, sedangkan dalam hati terus bilang pokoknya aku harus bisa gol!
Bisa! Punya bank ide menguntungkan sekali. Aku segera mencari ide-ide yang
kukumpulkan dalam ponsel. Dipilihlan sebuah ide cerita dengan judul “Nenah
Ingin Menjadi Miss World”.
Berpacu dengan waktu, aku menulis sungguh-sungguh
demi Golden Ticket ke Jogjakarta. Tak mudah mengolah cerita dalam kurun waktu
satu jam. Ketika saatnya tiba tulisanku nampak terlalu tergesa-gesa untuk
disudahi. Mau tak mau harus aku kumpulkan kepada mentorku (aku lupa nama
mentornya. Maaf aku agak sulit menghapal nama). Pukul 12 acara diistirahatkan
dan akan dilanjutkan satu jam kemudian.
Setelah isoma, kami kembali ke titik ruangan.
Cerpen-cerpen yang tadi ditulis mulai dibahas untuk selanjutkan akan
dikumpulkan untuk diseleksi.
Apakah aku berharap mendapatkan Golden Ticket? Ya!
Tiga hari kemudian, tanggal 9 November 2016, Allah
menjawabnya. Aku lolos!
Jogja, I am coming!!!!
Tunggu dulu!
Aku gugup! Apa? Aku akan melakukan perjalanan
seorang diri? ke Jogja!?
Jelas ini “masalah” buatku. Aku takut melakukan
perjalanan panjang seorang diri. Takut tersesat dan lain sebagainya seputar
pikiran negatif.
Dari sinilah petualangan itu dimulai. Aku mulai
mencari orang yang mungkin bisa aku ajak pergi bersama menuju Jogjakarta. Kucari
nama di daftar peserta yang diumumkan melalui facebook.
Dan..., dapat! Aku mengontak seseorang bernama Jihan
Suweleh.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar